Terkadang, kita lupa menyertai anak saat kita membicarakan perihal anak itu sendiri. Suara anak acapkali dipandang sebelah mata. Padahal, anak menjadi salah satu target sasaran terbesar dalam pembangunan. Namun, apakah mereka sudah dilibatkan dan didengarkan?
Hari ini (6/8), IVOS sebagai lembaga studi kerelawanan mengadakan kajian kerelawanan mengenai Hak Partisipasi Anak dalam Gerak Kerelawanan di Perpustakaan Jakarta-Cikini. Tak hanya orang dewasa yang berbicara, anak pun diberi ruang bicara pada kegiatan ini.
Kang Aceng Gimbal sebagai founder yayasan sanggar seni trotoar serta merupakan pegiat di Taman Anak Pesisir, membahas mengenai partisipasi anak di daerah pesisir dan bagaimana mereka memperjuangkan hak mereka dengan cara yang berbeda. Dalam giat kerelawanan yang dilakukan kang Aceng, beliau menggunakan bakat seninya sebagai magnet pendekatan anak-anak pesisir. Dalam aksinya, anak-anak dibiarkan memilih dalam pembuatan perpustakaan di atas laut. Bahkan saat perpustakaan tersebut akan digusur, kang Aceng selalu bilang ke anak-anak, "Perpustakaan ini adalah milik kalian, kalian berhak menjaga keberadaan perpustakaan ini".
Arman (12 tahun) pun menjawab sedih saat ditanya perihal itu. Secara tidak langsung, mereka sedang mengungkapkan pendapatnya berupa penolakan terkait hal itu. Arman, anak nelayan yang tidak paham akan relawan. Tapi kehidupan dan aktivitasnya sangat dekat dengan dunia kerelawanan. Contohnya, seringkali ia dan teman-temannya membersihkan sampah pantai yang berdatangan.
Sedangkan, Bunda Liza sebagai psikolog klinis dan Raffi yang saat ini berusia 15 tahun sebagai co-founder dari Gerakan Baik Itu Mudah membahas bagaimana partisipasi tumbuh dari empati yang dibentuk. Tidak mungkin tercipta partisipasi kalau orang dewasa tidak mencontohkan. Usia anak merupakan sebuah tanah liat yang bentukannya sebagaimana kita mendidiknya. Ada bahagia yang dirasakan oleh Rafi saat menolong orang lain, dan rasa bahagia tersebut sudah dirasakan olehnya sejak kelas 1 SD. Dan kini, secara tidak langsung Raffi tengah berpartisipasi dalam pembangunan bersama teman-teman GBIM melalui gerak Kerelawanan.
Kajian ini ditutup dengan pembacaan puisi oleh Arman karya anak nelayan dengan judul Bahagia Anak Nelayan. Kalimat terakbir dari puisi tersebut:
"... Karena kami juga anak bangsa berdiri di tanah pertiwi dan mempunyai hak yg sama atas segala bangsa. Semoga keadilan sosial dalam sila ke 5 itu bisa juga teruntuk kami"
Download PDF